Rabu, 17 September 2008

Gasohol


Gasohol

Sumber : Bisnis Indonesia

Dari hasil uji kelayakan pada mesin mobil Toyota Kijang yang pernah digelar di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi BPPT, Serpong Banten, kualitas Gasohol BE 10 lebih baik dibandingkan premium dan pertamax. Dalam hal kinerja mesin misalnya, Gasohol BE 10 mampu membetot tenaga kendaraan mencapai 1.856,1 Newton. Sedangkan premium hanya 1.393,8 Newton, dan pertamax sedikit di bawah gasohol 1.804 Newton. Konsumsinya pun pun lebih irit ketimbang premium. Konsumsi gasohol mencapai 30,39 liter per jam. Sedangkan premium hingga 31,03 liter per jam. Lebih boros dibanding Pertamax, yang mencapai 27,38 liter per jam. "Tak perlu ragu menggunakan Gasohol BE 10 untuk kendaraan," tandas Agus. 
Kinerja mesin lebih baik dari pada premium dan menyamakan kualitas Pertamax. Itu baru dengan kadar etanol 10%. Jika ditingkatkan menjadi 20%, hasilnya akan lebih mantap. Semakin tinggi kadar etanol, kualitas gasohol semakin baik. Dari singkong Sigit Setiadi, teknisi BBTP Lampung, menjelaskan Gasohol BE 10 yang diolah dengan menggunakan teknik fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme itu bahan bakunya berasal dari singkong. Sebelumnya, singkong diparut lalu diperas untuk diambil patinya. Setelah itu dilakukan pemasakan (hidrolis), sakarifikasi, dan ekstraksi hingga menghasilkan glukosa. 
Prosesnya hanya butuh waktu 72 jam. Kemudian, glukosa dimasukkan ke dalam tanki fermentasi yang dilengkapi pendingin yang dicampur mikroba jamur (Saccharomyces Cerevisiae). Proses tersebut berlangsung 48 jam pada suhu 33-35 derajatCelcius. Lalu dilakukan destilasi, yaitu proses penguapan yang memisahkan etanol dengan cairan sehingga didapat etanol konsentrasi tinggi, yaitu 96%. Untuk mendapatkan kadar etanol 96%, digunakan teknologi azeotropic distillation, yaitu dengan pemberian kadar kapur (CaCO) atau memakai membran yang disebut teknologi molecularv sieve. 
Dengan etanol 10%, gasohol mampu mereduksi emisi gas rumah kaca (Kyoto Protocol), menambah volume BBM, meningkatkan kadar oktan dan menjadi sumber oksigen karena proses pembakarannya lebih bersih. "Etanol mengandung 35% oksigen sehingga dapat menggantikan MTBE [methyl tertiary butyl ether]," papar Sigit. Etanol juga mudah terurai dalam air sehingga tidak menimbulkan pencemaran air. Berbeda dengan bensin yang tingkat emisi gas berbahaya, seperti CO, NOx, Sox, dan senyawa aromatik yang dikeluarkan cukup tinggi. Bensin juga tak dapat diurai oleh air sehingga menimbulkan pencemaran air. 
Hingga kini inovasi bahan bakar hayati itu belum masuk pasar karena masih diuji coba. Ada 10 mobil yang berasal dari General Motor dan Honda Prospect Motor dijadikan sebagai kendaraan tes guna memperkenalkan kehebatan Gasohol BE 10. BBPT Lampung tengah serius meningkatkan kadar etanol gasohol menjadi 20%. "Yang populer disebut Gasohol 20 [gasoline 80% dan etanol 20%]," kata Agus. Semakin tinggi kadar etanol, maka gasohol makin berkualitas. Beberapa negara yang telah menggunakan gasohol seperti Amerika Serikat, Kanada, India, Thailand, China, Filipina, dan Jepang, baru mencampur etanol sebesar 10% ke bensin. Hanya Brazil yang telah menerapkan etanol murni dan gasohol 20. 
Untuk memproduksi gasohol 20, BPPT Lampung membutuhkan suntikan dana sekitar Rp5 miliar untuk menambah mesin produksi. Fasilitas saat ini, salah satunya Pilot Plant Etanol 8.000 liter per hari dan berkadar 99%, dirasakan kurang maksimal berproduksi. Hanya mampu memproduksi Fuel Grade Ethanol (FGE) secara dehidrasi sebanyak 50 liter per hari. Jika fasilitas tersedia lengkap, pihaknya juga akan memproduksi etanol dari ragam bahan baku hayati, seperti jagung, sagu, sawit, tebu dan tumbuhan berpati lainnya. Dengan harapan, cadangan bahan baku untuk bahan bakar akan semakin melimpah. Keuntungan yang akan didapat akan berlipat-lipat. 
Jika dijual ke pasaran, Gasohol BE 10 akan mengurangi impor minyak olahan dari luar negeri. "Jadi penghematan devisa US$57 juta per tahun," Agus meyakinkan. Selain itu, impor octane enhancer juga berkurang karena gasohol tidak membutuhkan tambahan peningkatan oktan. Jadi, penghematan devisa dapat US$23,14 juta per tahun sekadar untuk impor octane enhancer. Yang tak kalah penting, pengembangan produksi gasohol juga dapat mendongkrak derajat ekonomi petani. Semakin tinggi kebutuhan singkong sebagai bahan baku etanol, maka semakin untung petani. Petani akan menjadi mitra yang menyediakan singkong dalam skala yang melimpah. "Harga singkong mencapai Rp200 per kg," katanya. 
Jika petani dapat menghasilkan 30 ton per hektar, maka penghasilan yang didapat sekitar Rp6 juta dalam sekali panen. Agus sangat mengharapkan adanya investor yang mau membantu dalam pendanaan mesin produksi. Untuk membangun satu unit mesin produksi FGE dengan kapasitas 60 kilo liter per hari membutuhkan dana sekitar US$7,38 juta. Agus mengaku ada beberapa investor yang tertarik dalam pengembangan bisnis tersebut. Bahkan, Pertamina siap merangkul BPPT untuk mengembangkan industri Gasohol BE 10. 
Penemuan bahan bakar bionergi sebenarnya sudah sejak 1980 yang dirancang para peneliti BBTP BPPT Lampung. Selain singkong, para peneliti telah mengkaji lebih dalam tentang bahan baku etanol yang juga dapat dihasilkan dari tebu, jagung dan tumbuhan mengandung pati lainnya. Sebelumnya, bahan baku bioetanol yang dikembangkan peneliti BPPT Lampung berasal dari molases (tetes tebu) yang mengandung kadar gula 20,5%. Namun ketersediaan tetes tebu sangat terbatas. 
Selain itu, kebutuhan tebu sebagai bahan baku industri pangan lainnya juga sangat banyak. "Sangat sulit memproduksi etanol dari tebu dalam jumlah besar." BPPT Lampung berupaya agar gasohol dapat memenuhi kebutuhan pasar pada 2010 menggantikan peran BBM sekitar 10%. Dia berharap pemerintah menunjukkan good will untuk terlibat dalam pengembangan industri bioenergi, seperti pembebasan pajak perusahaan, modal dan barang. "Gasohol juga harus disubsidi seperti premium." 
Mengacu pada standar kebijakan pemerintah Thailand, Agus berharap pemerintah memberi insentif pajak bagi industri etanol, yang mencakup pembebasan pajak selama delapan tahun bagi perusahaan. Agus yakin Gasohol BE 10 adalah alternatif terbaik untuk mengurangi ketergantungan dan kelangkaan masyarakat akan BBM. 
 
Sumber : wikipedia.org

Gasohol atau dikenal sebagai bioethanol adalah bahan bakar alternative yang berbahan dasar alcohol . Pada dasarnya ada dua tipe BB alcohol yaitu Methanol dan Ethanol , tetapi karena sifat Methanol yang beracun , Ethanol lebih umum digunakan . Penggunaan alcohol murni pada proses pembakaran hanya mungkin apabila mesin kendaraan telah didesain secara khusus ataupun dimodifikasi untuk bahan bakar alcohol . Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan pencampuran Ethanol pada bensin , dengan kata lain menggunakan alcohol tidak murni . Alkohol tidak murni dapat dipakai sebagai bahan bakar pada kendaraan biasa ( mesin yang belum dimodifikasi khusus ) . 

Ada beberapa jenis Gasohol yang lazim dipakai antara lain E10 , E15 , E20 , E85 , E95 , E100 .
Yang dimaksud dengan kode E10 adalah campuran 10% Ethanol dan 90% Bensin . E10 adalah jenis yang paling banyak dipakai , selain karena biaya produksi yang relatif rendah juga karena alasan fleksibilitas ( dapat dipakai semua jenis kendaraan bermotor ). Di Indonesia sendiri penggunaan E10 belum umum digunakan ( masih dalam kalangan tertentu saja ) 
Untuk Gasohol berkode E15 ( 15% Ethanol , 85 % bensin ) sampai seterusnya harus menggunakan mesin dan kendaraan jenis khusus Di Amerika Serikat dikenal FFV ( Flexible-Fuel Vehicle ) yang dapat memanfaatkan Ethanol sampai dengan kadar 96% (tanpa bensin) . 
E100 atau Ethanol murni saat ini hanya dipakai di Brazil dan Argentina . Ethanol yang dipakai di Brazil adalah azeotrope ( Ethanol kadar tertinggi yang dihasilkan dari proses Destilasi ) dan mengandung 4 % air .




Tidak ada komentar: